Semenjak kita dilahirkan didunia kita dikaruniai berbagai kelebihan. Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Manusia dikaruniai akal dan pikiran serta perasaan pada dirinya. Selain itu manusia adalah makhluk yang paling sempurna bentuk fisiknya. Dalam surat Attin disebutkan “laqod kholaqnaal insaana fii ahsani taqwiim”.
“Qod” dalam ayat tersebut mempunyai arti “sungguh” kemudian sebelum kata “qod” adak kata “la” yang berarti “lam ta’qid” yang berarti “beneran” atau “sungguh temenan”.
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik rupa. Yang berarti bahwa kita ini lebih sempurna, lebih baik dari pada makhluk lain.
Manusia dikaruniai akal pikiran agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang halal dan mana yang haram, mana yang hak dan mana yang kewajiban. Semua insan pasti mengetahui itu akan tetapi mengapa masih banyak pembunuhan, pencurian, penipuan dan lain-lain. Jawabnya... karena mereka tidak menggunakan perasaan mereka, atau mereka tidak mempunyai perasaan terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Mencuri , menipu, bohong itu jelas tidak baik, akan tetapi jika orang tersebut tidak punya perasaan terhadap orang lain maka perbuatan tersebut tetap dilakukan. Membunuh itu jelas dosa, akan tetapi jika pembunuh itu tidak punya perasaan maka perbuatan tersebut akan tetap dilakukan. Dari situlah akhirnya muncul aliran “tegoisme” dimana orang-orang yang tidak punya perasaan tega melakukan kemungkaran terhadap orang lain.
Ketika Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal “siapa kamu” kemudian akal menjawab: ”Aku adalah aku dan Kamu adalah Kamu”. Kemudian Allah memasukkan akal ke dalam neraka. Setelah itu Allah bertanya kepada akal “siapa kamu” kemudian akal menjawab: ”Aku adalah aku dan Kamu adalah Kamu”. Kemudian Allah memasukkan lagi akal ke dalam neraka. Setelah itu Allah bertanya kepada akal “siapa kamu” kemudian akal menjawab: ”Aku adalah aku dan Kamu adalah Kamu”. Kemudian Allah memasukkan lagi akal ke dalam neraka. Setelah itu Allah bertanya kepada akal “siapa kamu” kemudian akal menjawab: ”Aku adalah hambamu dan Kamu adalah Kamu”.
Dari cerita di atas tidak mudah bagi kita untuk menakhlukkan akal.
Jika kita orang baik pastilah kita menggunakan perasaan kita untuk berbuat sesuatu terhadap diri kita sendiri atau terhadap orang lain. Dimanakah perasaan itu ada, jawabnya ada di hati kita. Akal boleh berpendapat, akan tetapi biarkan hati kita, perasaan kita yang menentukannya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan rang –orang yang berperasaan. Dan mudah mudahan kita dijauhkan dari orang-orang yang tidak berperasaan, yang mengandalkan akal logikanya untuk menipu kita, membohongi kita dan tega kepada kita. Na’udzuubillah Mindzaalika. Amiin..