One day, istri beserta anak saya yang masih berumur 1 tahun pergi ke alun-alun ke kota batu – Malang. Jam 09.00 kami mulai berangkat dengan menggunakan sepeda motor, suasana di jalan jalan protokol waktu itu padat merayap terutama ketika melintasi perempatan, pertigaan atau lampu merah. Maklum malang yang dulu beda dengan Malang sekarang apalagi berpergian pas waktu libur lebaran, macet dan panas adalah hal yang wajib ditemui ketika di jalan raya.
hampir kurang lebih satu jam setengah saya berjalan akhirnya sampai di kota batu juga. begitu sampai kami langsung memarkir sepeda motor di sebelah alun-alun kota batu. setelah itu kami langsung berburu makanan ketan salah satu tujuan utama kami. akan tetapi sungguh nasib, warung yang dituju ternyata masih tutup mungki sedang mudik lebaran. karena sudah tak kuasa menahan lapar akhirnya kami berburu nasi pecel di sekita alun-alun. ketika kami menemui sebuah warung warung ada yang aneh warung di sana. semua warung di sekitar alun-alun kota batu tidak mencantumkan harganya. kami positif thingking paling harganya 4000 an. setelah kami pesan waktu di tengah tengah makan kami di beri kertas berharga bertuliskan 18.000 untuk 2 porsi pecel. istri saya kaget. masak harga pecel 2 porsi 18.000. sudah mahal sedikit lagi. padahal harga pecel umumnya yang kami lihat di jalan-jalan antara 3.500 – 5.000.
Setelah makan selesai dalam hati “Gila Pecel apa itu cari untung silahkan tapi dalam agama Islam berlebihan tidak diperbolehkan itu”.