Kisah seorang Kyai dan PSK

By Labels: at
Ada seorang wanita yang kesehariannya hidup sendiri tanpa keluarga yang  mendampinginya. Dia bekerja tiap malam untuk menghidupi dirinya sendiri. Pekerjaannya tidak lain adalah sebagai PSK rendahan. Awalnya hanya sebagai pelacur jalanan. Setelah beberapa lama dia bekerja sebagai pelacur akhirnya dia mendapatkan pelanggan tetap.  Karena dia mempunyai pelanggan tetap akhirnya pelacur tersebut mengotrak sebuah rumah sekaligus sebagi tempat kerjanya.
    Kebetulan rumah tersebut berada persis di depan sebuah pesantren besar yang mempunyai ribuan santri. Di dalam pesantren tersebut hidup seorang kyai besar yang tiap harinya mengurusi para santri, kehidupannya penuh dengan ibadah. Suatu saat dia melihat didepan pesantrennya ada rumah kecil yang selalu tertutup akan tetapi sering dikunjungi orang. Akhirnya dia tahu dari beberapa warga bahwa penghuni rumah tersebut adalah seorang wanita yang hidup sendirian.
    Setiap pagi hari dia memperhatikan rumah tersebut, jika pada waktu pagi sepi. Siang harinya juga dilihat lagi ternyata sepi. Sore harinya juga dilihat lagi ternyata masih sepi. Menginjak tengah malam dia melihat lagi ternyata ada satu mobil datang kerumahnya. Setelah melihat itu sang kyai semakin sering memperhatikannya. Satu persatu mobil yang mampir ke rumahnya dihitung seberapa banyak orang yang mampir ke rumahnya. Jadi setiap malam setiap hari sang kyai selalu memperhatikannya menghitung hitung berapa orang yang mampir ke rumahnya. Setiap kali melihat hal tersebut terbesit di dalam hati sang kyai “setiap hari aku melihat ini, berapa dosa yang dia kumpulkan  hingga saat ini”
    Pada suatu hari setelah beberapa lama kemudian sang kyai wafat. Ribuan orang berdatangan untuk melayat dan menghantarkan ke liang kubur. Setelah kyai tersebut wafat anehnya rumah pelacur tersebut juga tampak sepi dan sunyi. Pagi, siang, sore hingga malam pintunya tak pernah terbuka dan lampunya selalu dalam keadaan mati. Setelah beberapa hari kemudian beberapa warga mencium bau tidak sedap dari rumah pelacur tersebut. Akhirnya warga membuka paksa rumah tersebut dan didapati si pelacur telah mati. Kematian tersebut diperkirakan bersamaan dengan kematian sang kyai.
    Cerita berlanjut ke alam selanjutnya…
    Sang kyai telah meninggal begitu juga pelacur tersebut juga meninggal. Dalam perjalanan akhirat mereka berdua bertemu di tengah jalan. mereka masing-masing didampingi satu malaikat. Akhirnya terjadilah dialog :
Kyai : Hai pelacur kamu mau ke mana?
Pelacur : Saya akan ke surga.
Kyai : Tidak mungkin kamu ke surga karena hidup kamu penuh dengan dosa.
Pelacur : Hidup saya memang penuh dengan dosa, tapi hal itu saya lakukan karena tidak ada pilihan lain dan saya tidak pernah berniat untuk melakukan hal tersebut.
kyai : Saya yang akan menuju surga karena hidupku penuh dengan ibadah setiap hari.

Kemudia kyai bertanya pada Malaikat:
Kyai : Malaikat, apakah benar perempuan ini akan menuju surga..?
Malaikat : Ya, benar perempuan ini menuju surga dan anda akan menuju neraka.
Kyai : Tidak bisa.!!, kehidupan saya terbalik dengan dia. Hidup saya penuh dengan amal ibadah dan dia penuh dengan dosa. Pasti ada kesalahan. Saya tidak percaya ini, coba tanyakan pada Allah.
Akhirnya Malaikat pergi menghadap Allah dan beberapa saat kemudian kembali lagi.
Kyai : Bagaimana Malaikat? Saya pasti ke surga dan dia ke neraka.
Malaikat : Tidak, kamu tetap keneraka dan perempuan ini ke surga.
Kyai : Loh.. kok bisa?
Malaikat : Memang benar hidup kamu penuh dengan ibadah, pahala. Hidup kamu lebih baik dengan dia. Akan tetapi setiap kali kamu melihat rumahnya kamu selalu menghitung-hitung kesalahannya. Dan setiap kamu menghitung kesalahan perempuan ini pahalamu diberikan kepada perempuan ini sampai akhirnya pahalamu habis. Dan akhirnya perempuan ini masuk surga karena pahala yang kamu berikan. Bukankah kamu seorang kyai sudah tahu hal ini? Bukankan kamu seorang kyai sudah mengerti hal ini? Akan tetapi kenapa kamu masih saja menghitung-hitung kejelekan orang lain. Menghitung-hitung kesalahan orang lain.
Mendengar penjelasan tersebut, sang kyai masih saja ngotot tidak menerima. Tapi apalah artinya sudah di akhirat. Penyesalanpun tiada artinya.

Hikmah:
1.    Segala sesuatu itu bergantung dari niat masing-masing
2.    Sejelek apapun manusia, kita tidak berhak menilai kejelekannya dan kesalahannya. Karena kita tidak pernah tahu isi hati orang lain. Kita Tidak pernah tahu tujuan niat baik orang lain.
3.    Jangan menganggap diri kita lebih baik dari orang lain. Karena belum tentu kita lebih baik dari orang lain.
4.    Jangan tertipu dengan tampilan lahiriah seseorang. Karena orang yang berpenampilan jelek belum tentu hatinya jelek. Sebaliknya orang yang penampilannya menarik, menawan dan rupawan belum tentu hatinya baik. maka berhati-hatilah, jaga hati, sikap, bicara dan sopan santun kepada siapapun yang kita hadapi.
Back to Top